Sabtu, 31 Maret 2012

facebook

Sebuah fenomena, sekedar
intermezzo.
Suatu ketika dalam pengadilan
akhirat, seorang hamba protes
kepada Allah mengapa dirinya tetap
dijebloskan kedalam neraka.Sedang ia merasa melakukan semua
perintah allah dan menjauhi
larangannya. Lalu Allahpun berbaik
hati kepadanya dan membuatkan
untuknya syurga virtual(maya), loh
... kok bisa?. Kembali kepada tahun 2000an saat
sang hamba masih hidup, dimana
era internet sedang berkembang
dahsyat dan fenomena media sosial
seperti facebook sedang melanda
dunia, masing-masing manusia diseantero dunia tak mau
ketinggalan untuk eksis didunia
maya itu. Begitupula sang hamba.
Sebenarnya sang hamba termasuk
mukmin yang soleh, bahkan bisa
juga disebut ustad karena kesalihannya itu, TETAPI ada yang
terlupakan dari dirinya semenjak ia
berjumpa dengan mahluk yang
namanya facebook.
Karena begitu antusiasnya ia
menggunakan facebook sebagai ajang yang katanya sebagai sarana
dakwah maka ia selalu mengupdate
dan memposting kegiatannya setiap
detik demi mengajak rekan-
rekannya untuk bertaqwa, kembali
kepada allah. Status bertuliskan "Sedang Tahajud, mari kita gapai
nikmat allah" atau "nikmatnya
dhuha" atau "sedang menanti adzan
maghrib" maksutnya sedang
menunggu berbuka, juga status
ketika berada di pengajian, di mushola, dimesjid, ditempat taklim,
bahkan ayat-ayat alquran
berseliweran distatusnya yang
katanya ayat inilah yang sedang
beliau baca, juga kalimat "sudahkan
anda sholat" "sudahkah anda baca quran" dan lain-lain mengiringi
status beliau ketika melakukan
ibadah. Sepintas memang tidak ada
yang salah dengan status-status itu,
justru status itu adalah status terbaik
dalam dunia maya, daripada bikin status yang membuat orang lain
marah, atau status bernada
pornografi atau menjelek-jelekan
orang alias ghibah. Tapi dibalik
cemerlangnya logam, ada setitik
celah yang mampu membuat logam itu hancur karena karat, dan
disanalah iblis lebih pintar daripada
sang hamba, ketika manusia terlena
karena pujian dan sanjungan, ketika
komentar indah dan jempol diangkat
meninabobokan amal sholeh, maka saat itulah manusia menjadi lengah
dan ketika manusia lengah ada saja
bibit dosa yang disamarkan oleh iblis
kehati manusia, ia tak terlihat mata
telanjang, tersamar bagai tirai kaca,
halus bagai partikel-partikel oksigen diudara, tetapi efeknya sangat luar
biasa dahsyatnya. Dan bibit itu
adalah riya. Ketika sang hamba
melakukan aktifitas beribadah
kepada allah dan secara sengaja
mempublikasikannya dengan harapan orang lain mengikutinya,
maka secara paralel ada sifat riya
yang membonceng dalam statusnya
itu. bagaimana tidak muncul riya,
sebab media sosial seperti facebook
bagaikan sebuah toa(speaker) mesjid, ketika seseorang sedang
beribadah, misalnya sedang tahajud
atau mengaji, lalu ia teriak-teriak di
toa "Woi saya sedang tahajud..."
yang didengar oleh seluruh orang
kampung menunjukan bahwa sang hamba sedang riya, begitupun
amalan-amalan lain yang dilakukan
sang hamba pribadi lantas diupdate
dalam statusnya juga merupakan
sebuah riya, tanpa sang hamba
sadari meski ia merasa sedang melakukan dakwah.
Lalu ketika hari penghitungan tiba
dan sang hamba protes mengapa
amal baiknya tidak dinilai oleh Allah,
mungkin allah akan menjawab
bahwa dalam dunia nyata amal sang hamba telah hangus dimakan oleh
sifat riya tadi, tapi dialam virtual, sang
akun hamba tadi tetap mendapatkan
ganjaran atas amalnya yakni surga
virtual tadi.
Dan para penghuni facebookpun banyak yang mendapatkan surga
virtual atas amal baiknya…hihihi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar